Proses Kehilangan Gigi
Hai kawan-kawan, kali ini kita akan membahas tentang efek kehilangan semua gigi. Langsung saja kita bahas bersama ahli cara.Pada sebagian besar, Gigi bukanlah merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan seseorang, karena mereka menggap bahwa sakit gigi yang parah akan selalu menjadi pikiran, maka dari itu ada beberapa orang yang mencabut habis giginya dan menggantinya dengan gigi tiruan. Tetapi ada juga yang menganggap bahwa gigi itu penting. Pada beberapa kasus, kehilangan gigi depan membuat kita terburu-buru pergi kedokter gigi untuk cepat-cepat menggantinya dengan gigi tiruan sehingga penampilan menjadi hal yang utama. Kehilangan gigi belakang sering kali dianggap sebagai ketuaan yang normal. Bahkan orang-orang yang ompong, kelihatannya ingi menggunakan gigi tiruan penuh, meskipun kebanyakan merasa malu dengan ide tersebut. Jadi apa gunanya kita merawat gigi kita tapi pada akhirnya akan di gantikan dengan gigi tiruan?
Coba kalian bayangkan, apabila semua gigi harus dicabut (sehat atau pun tidak) pada usia 21 tahun dan diganti dengan gigi tiruan yang benar-benar baik. Pada beberapa daerah di ingris, hal tersebut memang dilakukan pada gadis yang ingin menikah, ini di anggap sebagai bagian dari mas kawin. Dasar pemikirannya adalah untuk mengurangi biaya perawatan gigi, dan ketidaknyamanan selama sisa hidupnya. Dan bagi beberapa mereka, hal tersebut masuk akal. Tapi tidak semua orang dapat dengan mudah beradaptasi dengan pemakaian gigi tiruan. Varabilitas biologis sering kali menolak gigi tiruan tersebut.
EFEK KEHILANGAN SEMUA GIGI
Bila gigi tetap dicabut, tulang di sekitar akar gigi dengan cepat menghilang, katakanalah dalam 6 bulan. Setelah itu, tulang akan terus menghilang, dengan proses yang lebih lambat. Kecepatan hilangnya tulang ini sangat bervariasi pada masing-masing orang. Ada beberapa orang ketika semua giginya dicabut, tetapi tetap menyisahkan tulang bekas tempat gigi tersebut selama bertahun-tahun atau dekade setelah pencabutan. Tetapi pada orang-orang tertentu, kehilangan tulang tersebut berjalann dengan cepat. Tulang yang tersisah tersebut masih penting karena merupakan tempat bagi gigi tiruan dan menahannya di dalam mulut. Bagi orang dengan kehilangan tulang yang relatif cepat dan terus menerus selama hidupnya. Sisa tulang rahang dalam mulutnya tidak akan cukup kuat untuk mempertahankan kestabilan gigi tiruan yang dipakai.
Gigi tiruan yang tidak stabil, akan bergerak-gerak didalam mulut ketika mengunyah, dan karenanya pemakai gigi tiruan tersebut berusaha menghindari makanan tertentu yang sulit untuk dikunyah, atau makanan yang dapat masuk keruang bawah gigi tiruan, serta menimbulkan nyeri. Mengunyah makanan keras dapat menyakitkan karena di antara gigi tiruan dan tulang rahang terdapat gusi yang tertekan. Bicara menjadi sulit, karena gigi tiruan ikut bergerak di dalam mulut, atau keadaan dalam mulut tidak memungkinkan. Beberapa orang tertentu yang sangat peka menjadi sangat maluterhadap hal ini, sehingga hanya tinggal di rumah saja dan tidak mau menerima tamu.
Perbedaan lain adalah kemampuan adaptasi terhadap benda asing di dalam mulut. Beberapa orang beradaptasi dengan sangat baik terhadap gigi tiruannya, ada juga yang sangat buruk, dan kebanyakan orang cukup dapat beradaptasi. Namun tidak semua orang dengan gigi tiruan penuh mngetahui apakah ia bisa beradaptasi dengan gigi tiruannya, bahkan dokter gigi tidak dapat menjaminnya.
Jadi, menghadapai ketidak pastian ini banyak dokter gigi menjadi pesimis dan memikirkan hal-hal teruruk yang dapat terjadi, bahwa pasiennya akan lebih cepat mengalami kehilangan tulang daripada rata-rata orang, dan memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat buruk terhadap gigi tiruan. Jika dokter gigi juga memikirkan kenyataan bahwa gigi tiruan yang terbaik pun tidak akan sekuat gigi asli, tidak dapat menggigit dengan keras, atau stabil pada tulang rahang, tidaklah mengherankan bila dokter gigi lebih berusaha mempertahankan gigi asli daripada mencabutnya. Sudah tentu akhirnya, bila pasien tidak melakukan pemeliharaan giginya sendiri di rumah, usaha dokter gigi tidak akan berhasil.
Faktor waktu juga ikut mempengaruhi dalam pembahasan pro- dan kontra pemakaian gigi tiruan penuh. Jika kalian kehilangan semua gigi kalian dalam usia 21 tahun, dan kalian dapat hidup sampai berusia 75 tahun, berarti selama 54 tahun terjadi proses kehilangan tulang di dalam rahang kalian. Meskipun kehilangan tulang hanya rata-rata, tetap cukup banyak tulang yang hilang pada usia kalian yang ke-60 tahun. Banyak klinik gigi, yang berurusan dengan masalah gigi tiruan yang lebih serius, memiliki daftar tunggu yang cukup panjang dari pasien usia lanjut yang kualitas kehidupannya terganggu karena mengalami kesulitan dalam pemakaian gigi tiruan. Meskipun pasien tersebut pernah mengalami masa-masa keberhasilan dengan pemakaian gigi tiruannya, tetapi sekarang semuanya menjadi sulit, atau mungkin saja tidak pernah mengalami kepuasan sama sekali dengan gigi tiruannya.
Gigi Palsu |
Itulah beberapa penjelasan mengenai efek kehilangan semua gigi dan penggunaan gigi palsu (tiruan). Jika anda mempunyai pertanyaan seputar materi di atas, jangan sungkan-sungkan untuk bertanya di papan komentar yang ada di bawah dan kami akan berusaha untuk menjawab semua pertanyaan anda. Semoga bermanfaat.
Sumber : Mengenal gigi anda, dr.john besford, 1996.
No comments:
Post a Comment