Pengertian Perencanaan Riset (Research design)
Hai kawan-kawan, kali ini kita akan membahas tentang Perencanaan Riset atau biasa disebut juga Research design. Bersama ahli cara langsung saja kita bahas.
Perencanaan riset ialah suatu pengaturan syarat-syarat untuk mengontrol pengumpulan data di dalam suatu riset sedemikian rupa dengan tujuan untuk mengkombinir segala informasi yang relavan (ada hubungan) sesuai dengan tujuan riset. Cara mengumpulkannya itu haru seefisien mungkin artinya dengan biaya yang rendah, tenaga yang sedikit serta waktu yang relatip pendek akan tetapi bisa memberikan informasi yang cukup teliti.
Di dalam arti yang luas diartikan seluruh proses perencanaan dan pelaksanaan suatu riset, sedangkan di dalam arti yang sempit dan khusus berarti prosedur pengumpulan dan analisa data, maksudnya penguraian tentang metode pengumpulan dan analisa data. misalnya dipergunakan stratified random sampling sebagai metode pengumpulan data dan analisa korelasi, regresi, covariance dan variance sebagai metode analisis data.
Jadi dalam arti luas perencanaan riset meluputi kegiatan-kegiatan berikut:
- Indifikasi dan pemilihan persoalan riset.
- Perumusan persoalan riset (uraian yang lebih terinci tentang objek yang akan diselidiki dan data yang akan dikumpulkan).
- Pembuatan definisi/konsep dan cara pengukuran variabel (dengan Questionnaire misalnya)
- Metode sampling dan instrument pengumpulan data.
- Editing, coding dan processing data
- Metode analisa data
- Laporan riset.
Sebenarnya perencanaan riset kurang lebih sama dengan prosedur riset hanya jika dalam prosedur riset yang pertama adalah pemilihan judul, sedangkan pada perencanaan riset adalah pemilihan persoalan riset. Di dalam prosedur riset, dianggap persoalan yang akan di riset sudah ditentukan.
Jelas bahwa perencanaan riset akan berbeda-beda sesuai dengan maksud dan tujuan riset itu sendiri, khususnya pada persoalan yang sedang kita hadapi. Terdapat kecenderungan di kalangan orang-orang yang melakukan riset (researchers) untuk menyelidiki sesuatu dengan langsung pergi ke lapangan dengan maksud untuk mengumpulkan data tanpa suatu rencana (perencanaan) yang baik. Pada waktu hendak mengolah data yang telah di riset itu secara keseluruhan, sehingga dengan demikian hasil yang diperoleh tidak memuaskan baik bagi orang yang melakukan riset itu sendiri maupun bagi pihak lain yang akan mempergunakan hasil penelitian tersebut (users).
Kategori Perencanaan Riset
Sesuai dengan tujuan riset maka perencanaan riset bisa dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu:
1. Exploratory studies atau studi explorasi
Exploratory studies atau studi explorasi yang bertujuan mencari hubungan-hubungan baru. Biasanya suatu riset dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesa-hipotesa. Hipotesa ini didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lampau atau teori. Akan tetapi seringkali hipotesa ini tidak bisa dibuat berhubungan tidak ada dasar yang kuat baik mengenai teori maupun pengalaman-pengalaman waktu lampau sebab persoalan masih baru. Jadi dalam hal ini riset bersifat mencari (exploring).
Oleh karena itu studi explorasi ini hanya mencari ide-ide atau hubungan-hubungan baru, maka tidak ada suatu perencanaan yang formil untuk itu, sehingga pelaksanaannya tergantung kepada kepandaian serta daya imajinasi dari peneliti yang bersangkutan. Akan tetapi ada 3 cara yang bisa membantu di dalam menemukan hipotesa-hipotesanya, yaitu:
- Mempelajari sumber-sumber data sekunder. Cara yang paling hemat dan cepat bagi peneliti untuk menemukan hipotesa-hipotesa ialah dengan jalan memanfaatkan hasil kerja orang lain. Sumber-sumber yang paling berharga misalnya publikasi biro pusat statistik, publikasi bank sentral, LIPI, badan litbang berbagai departemen, buku-buku, majalah-majalah, journal, surat kabar, dan lain sebagainya.
- Mencari individu-individu yang mungkin mempunyai ide-ide terhadap persoalan yang dihadapi. Di dalam riset pemasaran, orang-orang yang berurusan dengan soal-soal pemasaran merupakan sumber informasi yang paling potensial, mereka itulah yang bisa diharapkan mempunyai banyak ide.
- Menganalisa beberapa kasus (cases) yang telah dipilih. Di dalam beberapa hal, analisa yang mendetail dari beberapa individu atau organisasi, sering kali sangat berguna untuk mendapatkan ide tentang adanya kemungkinan hubungan-hubungan antara variabel-variabel yang sebenarnya. Suatu studi kasus berarti suatu penyelidikan yang benar-benar intensip. Tanpa adanya studi kasus ini mungkin kita tidak bisa menemukan adanya hubungan-hubungan tersebut.
2. Descriptive studies atau studi deskriptip
Sesuai dengan namanya maka studi deskriptip bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat (karakteristik) dari suatu keadaan (keadaan prasarana, konsumen, pasar). Kebanyakan riset pemasaran bersifat deskriptip. Jangan sampai mengambil kesimpulan yang terlalu jauh dari data yang di kumpulkan tersebut oleh karena tujuan studi deskriptip hanya pada taraf pengumpulan fakta-fakta saja, jadi sekedar uraian suatu keadaan.
Perencanaan di dalam studi deskriptip
berbeda dengan studi explorasi yang tidak memerlukan perencanaan formal (formal design), maka di dalam studi deskriptip memerlukan perencanaan. Studi deskriptip mencoba untuk mencari suatu uraian yang menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan. Perencanaan sangat diperlukan agar uraian tersebut benar-benar sudah mencakup seluruh persoalan dalam setiap phasenya. Perumusan persoalan yang tepat akan menunjukkan informasi macam apa yang sebenarnya diperlukan. Data yang deskriptip biasanya dipergunakan sebagai dasar yang langsung untuk membuat keputusan-keputusan. Setelah menganalisa data, orang yang melakukan riset biasanya mencoba untuk meramalkan akibat dari suatu tindakan misalnya ia meramalkan bahwa konsentrasi usaha penjualan kepada orang-orang yang kaya akan menaikkan jumlah barang yang terjual.
3. Eksperimen (Experimental Studies)
Mempergunakan experimental stidies memungkinkan kita untuk mengetahui adanya hubungan sebab dan akibat.
Definisi Eksperimen (Experimental Studies):
Ekperimen ialah usaha pengumpulan data sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk memperoleh suatu kesimpulan yang jelas terutama mengenai kebenaran suatu hipotesa yang mencakup hubungan sebab dan akibat .
Di dalam beberapa hal ini berarti, bahwa orang yang melakukan riset sering harus menciptakan suatu situasi buatan sehingga ia dapat memperoleh suatu data yang khusus yang diperlukan dan bisa mengukurnya dengan secara teliti.
Kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari eksperimen khususnya dalam bidang pemasaran, biasanya didasarkan atas dua proposisi sebagai berikut:
- Apabila introduksi variable experimental (misalnya advertensi) tidak membawa suatu perubahan terhadap phenomena yang sedang dipelajari (misalnya seles atau penjualan) ini berarti, bahwa experimental variable bukanlah penyebab phenomena tersebut, yaitu bahwa kenaikan penjualan atau jumlah barang yang terjual tidak disebabkan oleh adanya advertensi.
- Juga apabila kenaikan phenomena yang sedang kita pelajari (kenaikan penjualan) terjadi tanpa adanya introduksi dari variable experimental, maka jelaslah bahwa kenaikan tersebut bukan akibat dari variable experimental.
Jadi jelaslah bahwa disain experimental dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesa, bahwa suatu faktor akan mengakibatkan perubahan terhadap faktor lainnya (advertasi akan menyebabkan kenaikan jumlah barang yang terjual) dan hipotesa ini harus didasarkan proposisi tertentu.
Beberapa jenis Disain
- Before-After Design (desain sebelum-sesudah), disain ini tidak membedakan control group dengan experimental group.
- Before-After with control group Design, disain ini dimaksudkan untuk melakukan pengukuran terhadap pengaruh dari variabel eksperimen.