Cerita Rakyat : Asal-Mula Tanaman Semangka (Part 2)

CERITA RAKYAT DAERAH SULAWESI TENGGARA 
Di Kota Kendari

ASAL-MULA TANAMAN SEMANGKA. (Part 2)


Lalu ia pergi menyusul, tetapi Sani lari terus, pergi mulai menjumpai orang yang sedang membersihkan tanah, seraya mereka bertanya kepada Sani, katanya, ’’Sani, apakah yang kau hindarkan sehingga kau lari sedemikian rupa?”
Jawab gadis Sani, ’’Janganlah bertanya, sebab walaupun saya terangkan padamu engkau tidak dapat mengerjakannya.”
Sahut orang itu, ”Coba jelaskan pada saya, walaupun saya tidak dapat melaksanakannya, akan saya coba dahulu.”
Gadis Sani menjelaskan, ’’Saya sedang diburu semangka, ia hendak memakanku.”
Bertanyalah orang itu, ”Apa sebenarnya semangka itu.” Jawab Sani, ”Oh itu adalah darah telunjukku lalu berdarah jatuh ke tanah, tetapi darah itu tumbuh menjadi semangka. Semangka itu makin lama berbuahlah satu biji saja. Setelah semangka itu tua saya petik dan saya bawa pulang ke rumah dan menyimpannya di sebelah rumah. Kemudian saya berniat untuk memakannya, kemudian semangka tersebut menjadi orang. Saya pun berniat hendak memotongnya tetapi saya selalu lupa, setelah jum’at ketu-juh orang itu berbicara, menyuruhku memasak untuk makanannya.

’’Malam ketujuh, genapnya satu minggu dia berkata bahwa akan dimakannyalah saya. Itulah sebabnya sehingga saya lari.” Sesudah Sani selesai menjelaskan, mereka mendengar pepohonan tumbang. Mereka lalu bertanya-tanya apa sebenarnya yang datang menuju kemari. Sani berkata, ’’Itulah semangka. Kalau demikian Sani, lebih baik engkau lari dari tempat ini, kami tidak dapat menolongmu.”

Sani segera memikul bakulnya dan lari. Baru saja Sani hilang dari tempat itu, datanglah semangka bertanya kepada orang tadi, ”Kau lihat gadis Sani kemari?” Jawab yang ditanyai ”Ya sudah lewat dari sini.”

Semangka itu mengejar kembali. Tidak seberapa jauh Sani menjumpai pula orang sedang memaras. Orang itu lalu bertanya, ’’Gadis Sani apa yang engkau takutkan sehingga lari seperti itu.” Sahut Sani, ’’Biarpun saya ceritakan, kau tidak dapat menolongku.”

Berkata pulalah orang yang sedang memaras katanya, ”Terangkan dahulu walaupun aku tidak dapat berbuat sesuatu kami akan mencobanya.”

Sani lalu menjelaskan pula seperti apa yang dijelaskan pada orang yang sedang membersihkan tanah tadi. Mereka berkata, ’’Menyingkir saja di situ, akan saya potong kalau ia datang.” Tidak berapa lamanya terdengarlah oleh mereka, kayu-kayu tumbang disebabkan kekuatan tabrakan semangka yang mengejar Sani. Mendengar pepohonan rebah orang memaras bertanya, ”Apa gerangan yang datang kemari. Sani menjawab, ’’Itulah se­mangka yang mengejarku.”
’’Kalau demikian lebih baik kau lari dari sini, saya tidak dapat menolongmu.”
Baru saja Sani lenyap dari tempat itu datanglah semangka seraya bertanya, ’’Engkau melihat seorang perempuan lewat kema­ri lari.”

’’Orang memaras menjawab, ’’Sudah lewat ke sana.”
Terus pula ia mengejarnya. Kebetulan Sani telah capek sekali. Ia menjumpai orang yang sedang memotong kayu, yang lewat di tempat itu. Ia menjumpai pula orang yang sedang membersihkan/mengumpulkan potongan kayu dan rumput-rumputan, langsung melewati mereka dan menjumpai lagi orang yang sedang berpagar langsung kepada orang yang sedang menugal. Setibanya di tempat orang yang sedang menugal, mereka serentak bertanya,

”Sani mengapa engkau sampai lari sedemikian rupa. Siapa gerangan yang sedang mengejarmu? ”Sani pun menjelaskan kepada mereka, mulai dari permulaannya hingga semangka itu menjadi manusia sampai ia akan memakannya. Mereka berkata, ’’Bersembunyi saja di situ.” Sesudah itu orang yang sedang menugal, menggali lubang. Demikian selesai lubang yang digali mereka, kedengaranlah seperti bunyi angin yang kencang hingga semua kayu yang dilaluinya tumbang karenanya. Mendengar bunyi tersebut mereka bertanya kepada Sani; ’’Apakah gerangan yang menuju tempat kita ini?” Sani menjawab; ’’Itulah semangka yang mengejar saya. Mereka berkata, ”Diam-diam saja di situ.”

Tidak lama kemudian muncullah semangka, Ia langsung bertanya, ’’Adakah seorang perempuan liwat di sini?” Mereka menjawab, ’’Sudah lama lewat dan sudah jauh sekali dan dia menuju di sana.”
Terus pula semangka itu berjalan mengikuti petunjuk mereka dan tidak seberapa lamanya tibalah ia pada lubang yang disediakan baginya dan jatuhlah ia di lubang.

Setelah itu datanglah mereka menusukkan kayu penugal akhirnya meninggallah semangka. Selesai mereka menugal tepat waktu tengah hari pulanglah mereka makan. Sani diajaknya serta pula. Selesai makan Sani berbaring-baring bersandar hingga tertidur. Di dalam tidurnya ia bermimpi bahwa ia diberitahu oleh seorang perempuan janda yang datang kepadanya, katanya, ’’Bangunlah Sani dan beritahukan pada mereka semua yang menugal, supaya kau berangkat bersama-sama mereka menguliti semangka dan ambillah tulangnya, kemudian tulang-tulang tersebut di cincang. Sesudah dicincang dihamburkanlah di kebun yang baru saja ditugal mereka tadi. Sementara itu Sani kaget dari tidurnya, dan ia lang­sung bangun. Setelah sadar ia baru tahu bahwa ia bermimpi. Mimpinya tadi diceriterakannya kepada mereka.

Sesudah diceriterakan kepada mereka mengenai hal mimpinya tadi, terus orang banyak pergi menguliti, kemudian tulangnya dicincang dan dihamburkan di kebunnya. Ketiga puluh harinya bahkan genap empat puluh hari, tuan kebun pergi melihat kebun­nya. Dilihatnyalah semangka tua berbaringan kian kemari, ada yang panjang, yang tumbuh dari tulang kaki dan badannya, ada pula yang bundar berbelang-belang yang tumbuh dari tulang- tulang persendian.

Asal-Mula Tanaman Semangka
Asal-Mula Tanaman Semangka

Baca Juga :

No comments:

Post a Comment