Di Kota Buton.
ANJING DENGAN RUSA. (Mantoa Te Rusa)
Ada sebuah negeri yang diperintahi oleh seorang raja riah. Raja itu diberi gelar raja riah karena hampir setiap minggu selalu mengadakan keramaian, sehingga hal-hal yang menyangkut kepentingan rakyatnya kurang sekali diperhatikan. Ada-ada saja keramaian yang diadakan.
Sekali peristiwa raja tersebut mengadakan keramaian yaitu pesta adat. Semua penduduk negeri diundang dan diharuskan hadir. Dalam undangan itu ditentukan bahwa setiap yang hadir dalam pesta disesuaikan dengan keturunannya yaitu apabila ia keturunan orang-orang besar harus memakai mahkota dan mereka itu harus disiapkan tempat duduk berhadapan dengan raja.
Ketika si Jonga menerima undangan itu ia telah menetapkan, bahwa harus hadir apalagi tempat duduknya berhadapan dengan raja. Tentu sekali ia akan terpandang sebagai orang-orang terhormat. Oleh karena ia tiada mempunyai mahkota, maka ia harusaha untuk meminjam kepada temannya yang ada mempunyai mahkota. Kebetulan saja tiada jauh dari tempatnya ada temannya yang mempunyai mahkota yaitu anjing. Segera ia menghubungi temannya itu untuk meminjam mahkotanya.
Tatkala tiba di tempat anjing, disampaikannya maksudnya itu sambil membujuk-bujuk temannya bahwa sebenarnya lebih baik kita jadi pelayan dari pada duduk berhadapan raja. Kalau kita jadi pelayan tentu kita bebas kiri kanan dan kita lebih untung karena semua makanan yang enak-enak kita langsung pilih sendiri di dapur. Tetapi kalau kita duduk berhadapan dengan raja, kita akan segan-segan dan harus sopan. Pendek kata, kita tidak bisa bebas.
Dalam mendengar ceritera si Jonga itu, si anjing telah menghayalkan lebih dahulu bagaimana enaknya makanan yang akan disajikan nanti, justru pesta itu diadakan oleh raja.
Mendengar kebebasan itu, tentu si anjing akan suka memilih untuk menjadi pelayan, dari pada menjadi terhormat. Dengan tidak berpikir panjang lagi, anjing lalu mengabulkan permintaan temannya itu lalu segera mengambil mahkotanyadan dipinjamkannya mahkotanya itu kepada temannya. Ia menyampaikan kepada sahabatnya itu, bahwa ia lebih suka menjadi pelayan.
Sambil menyerahkan mahkota itu ia berpesan kepada sahabatnya: Bagaimana pesta telah selesai agar segera dipulangkan mahkota itu, karena mahkota ini adalah warisan dari nenek-neneknya. Jawab si Jonga: “buat apa aku simpan-simpan ini tidak ada juga manfaatnya, karena tidak bisa dipakai pada sembarang waktu”, seraya mengucapkan terima kasih diambilnyalah mahkota itu, lalu permisi kembali. Apakah yang terjadi sesudah selesai pesta? Rupanya sudah berhari-hari pesta selesai, mahkota itu belum dikembalikan oleh si Jonga kepada yang punya karena dirasanya ia lebih gagah dan dahayu kalau selalu mempergunakan mahkota itu.
Setiap kali ia memintanya, dijanji oleh Jonga ’’nanti besok” Begitulah dijawab oleh jonga besok, nanti besok, sampai pada saat sekarang, mahkota itu tidak pernah dikembalikan jonga. Merasa perbuatan jonga demikian itu, maka timbullah panas hati dan dengki anjing terhadap jonga sehingga mengu¬capkan kata-kata dendam sebagai berikut: di mana saja aku mencium baumu, di mana saja aku mendengar suaramu, tetap aku cari dan kuburu padamu sampai akhir hayatmu.
Itulah sebabnya, diwaktu apapun juga asal anjing mendengar suara jonga atau melihat jonga selalu diburunya dan digonggongnya karena meminta mahkotanya. Rupanya apa yang dimaksud dengan mahkota anjing itu adalah tanduk anjing.
No comments:
Post a Comment