Di Kota Buton.
SANGIA I WAMBULU. (Part 1)
(Kisah Raja Dewa bernama Wambulu, asal-mula ikan koe-koe).
Sangia i Wambulu adalah suatu tempat peninggalan tokoh keramat yang terbesar di Buton, terdapat pada pinggir pantai dalam wilayah desa Baruta Kecamatan Gu, Ringkasnya bahwa Sangia i Wambulu itu terdapat di selat Baruta.
Nama Sangia i Wambulu yang sebenarnya ialah LA SILIPA. Nama ini jarang sekali dikenal, terlebih-lebih generasi sekarang. Sangia i Wambulu pada waktu sudah dewasa kawin dengan anak Sultan Lang Kariy-riy.
Hidup mereka dalam rumah tangga sangat sederhana sekali sehingga hampir-hampir satu hari makan satu hari tidak. Tetapi Sangia i Wambulu adalah seorang pemuda yang tenang dan sabar. Keinginan Sangia i Wambulu hanya suka mempelajari ilmu-ilmu kebatinan atau tasauf Islam.
Suatu waktu Sangia i Wambulu bersiap untuk pergi memancing, sebagai tambahan hidup atau nafkah mereka bilamana mendapat hasil. Suatu sifat yang tidak dapat diubah-ubah dari isteri beliau, ialah suka cemburu.
Berangkatlah Sangia i Wambulu menuju tanjung pulauKadatua. Di sana diharapkan akan mendapat hasil yang lumayan. Tiba di tanjung itu ia mulai membuang mata-kailnya. Sampai malam sudah larut sekali mata-kailnya tidak pernah disentuh ikan. Begitu ia berpindah-pindah tempat berlabuh, begitu keadaannya sama saja. Setelah tabuh waktu subuh kedengaran, ia bersiap pulang dengan tangan hampa. Tiba di rumah ia disambut oleh isterinya dengan muka masam, karena tidak membawa apa-apa.
Pada malamnya ia bersiap lagi pergi memancing. Isterinya berkata, ”Kalau pulang nanti, tidak membawa hasil, tak usahlah datang ke rumah.”
Dengan perasaan susah, ia berangkat sambil berdo’a dalam hati, mudah-mudahan dapat hasil. Kebetulan sekali ia ditimpa kemalangan karena setelah tiba di tempat yang dikehendaki, ia membuang jangkar sampannya dan ia mulai memancing, dan belum lama mata-kail diluncurkan di laut, sekonyong-konyong seorang puteri yang cantik berada di haluan sampannya dengan tidak diketahui dari mana datangnya dan menumpang apa.
Dengan perasaan ragu ketakut-takutan ia seakan-akan perasaannya berada di alam lain. Puteri itu bertanya, ’’Apakah yang kau susahkan?” Jawab Sangia i Wambulu, ”Aku bersusah, kalau terus-terus keadaan pancingku demikian dan aku kembali dengan tak ada hasil apa-apa tentu isteri saya akan pergi talaq dan kembali pada orang tuanya, karena sudah terus-menerus setiap malam aku memancing tidak pernah membawa hasil pulang. Dan pada kali ini kalau keadaan sama dengan malam-malam lain pastilah dalam rumah tanggaku akan terjadi perceraian.”
Puteri itu mengatakan padanya, ’’Sungguh aku melihat kamu terlalu susah, dan aku akan memberi pertolongan bagimu.” Selesai mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba kedengaran sebagai suatu letusan meriam tempat pada dadanya dan sekejap itu juga pingsan. Dalam pingsan itu ia mendengar suara, ’Tunggu!” Dalam pingsan itu dilihatnya puteri tadi memasukkan sejenis permata mutiara dalam mulutnya dan disuruh telan. Setelah tertelan ia mendengar bisikan di telinganya. Dan setelah bisikan itu dihafalkan, tiba-tiba ia sadar dari pingsannya dan puteri tadi lalu mohon diri pergi.
Tidak dilihatnya puteri itu pergi dengan apa, hanya sekejap ia lenyap. Dengan kuasa Tuhan, setelah ia mengingat-ingat bisikan tadi, sambil memancing tiba-tiba mata-kailnya dilarikan ikan, dan setelah disentak lalu ditarik, didapatnyalah seekor ikan besar. Begitu ia membawa bisikan yang diperoleh dari pingsannya tadi, sambil memancing, seakan-akan ikan berebut memakan umpan kailnya, dan setiap kali disentak selalu tidak kosong.
Berturut-turut diperbuatnya, sehingga sampannya sudah penuh dengan ikan. Kemudian setelah sudah dekat waktu subuh, dengan perasaan gembira, ia bersikap pulang. Setelah jangkar sampannya sudah diangkat, tiba-tiba datang lagi puteri tadi sambil berkata, ’’Rupanya kamu sekarang sudah merasa gembira sekali sebab mendapat ikan banyak.” Sangia i Wambulu menjawab, ”Saya tentu merasa gembira, karena kalau kembali kosong juga pada malam ini, entah apa terjadi dalam rumah tangga saya.”
Baca Juga:
No comments:
Post a Comment