Di Kota Buton.
SANGIA I WAMBULU. (Part 2)
(Kisah Raja Dewa bernama Wambulu, asal-mula ikan koe-koe).
Mendengar perempuan itu meminta izin, sambil diinjakkannya kakinya pada pinggir sampannya, lalu menghilang, dan sampan Sangia i Wambulu terbalik. Semua ikan-ikan yang diperolehnya tadi berhanyutan dibawa arus. Dengan kedinginan ia membalikkan kembali sampannya lalu dikeluarkannya air sampan, lalu bersiap kembali karena fajar sudah menyingsing.
Dalam perjalanan kembali itu sepanjang perjalanan ia merasa susah, sebab kalau ia tiba di rumah dengan hampa tangan, pasti akan terjadi perceraian dengan isterinya, di mana isterinya sudah memberikan ancaman, bahwa kalau kembali kosong ia akan pergi tinggalkan rumah dan kembali kepada orang tuanya.
Tiba di rumah ia berseru, ’’Buka pintu!” isterinya mengintip dari celah-celah dinding dan kelihatan bahwa suaminya itu tiada membawa apa-apa. Lalu diam-diam ia memasang pakaian lain bagaikan orang mau pergi ke pesta. Lalu ia membuka pintu dan mempersilakan suaminya naik rumah dengan suara yang lemah lembut.
Dengan rasa gembira Sangia i Wambulu naik rumah cepat-cepat karena tidak diduga semula isterinya akan berbuat seramah itu. Tiba dalam rumah, isterinya keluar dengan pakaian serba berubah dari pakaian sehari-hari, langsung duduk di muka suaminya sambil memohon diri dengan sopan-santun untuk kembali kepada orang tuanya sesuai janjinya.
Mendengar itu suaminya tidak dapat menahan keinginan isterinya itu hanya ia mengucapkan kata-kata ”Keinginanmu tidak dapat kutahan, tetapi kalau bisa saya ingin untuk menceritakan dahulu peristiwa yang terjadi atas diri saya semalam. Sudah itu barulah kamu berangkat.”
Jawab isterinya, ’’ceritamu sudah membisingkan telingaku setiap kamu kembali di rumah ini. Kali ini semua ceriteramu tidak dapat diterima lagi oleh telingaku. Saya akan memohon diri kepadamu agar dengan tulus ikhlas kamu harus menerima permohonanku ini.”
Bagaimanapun isterinya memaksakan kehendaknya, tetapi sang suami memohon agar duduk dahulu sejenak untuk mendengarkan ceritera, baru berangkat. Akhirnya isterinya mengabulkan permintaan suaminya lalu duduk mendengarkan ceritera suaminya. Setelah selesai ceritera sang suami maka sang isteri berkata, “Oh, kalau begitu sekarang kamu telah sebagai seorang aulia; dan kalau demikian saya ingin melihat bukti dari ilmu yang kau peroleh itu” kata isterinya. “Cobalah kau memancing dalam rumah ini tak usah kau pergi ke laut.”
Sang suami mengambil tali pancingnya dan menyuruh isterinya memancing dalam tempayan. Isterinya mengulurkan tali pancing suaminya itu ke dalam tempayan, dan sekejap mata ia disuruh tarik tali pancing itu.
Dengan kodrat illahi isterinya menarik tali pancing yang diulurkannya ke dalam tempayan tadi bersama seekor ikan bebara. Sang suami bertanya, “Percayalah dengan kesaktian yang pernah kuperoleh ini?”
Jawab isterinya, ’’Mungkin ikan ini sudah di simpan dahulu dalam tempayan ini baru kau suruh saya memancing dalam tempayan.” Sang suami berkata lagi, ’’Kalau kamu belum lagi percaya, cobalah kamu memancing saja di jendela itu.”
Seketika kemudian ia tarik tali pancingnya, juga bersama seekor ikan bebara. ”Sudahkah percaya sekarang?” tanya sang suami. “Mungkin ikan yang pemah kamu gantung di pinggir rumah sejak kau datang tadi.” Jawab isterinya sambil meminta kepada suaminya. ”Coba kau adakah ikan kecil di pinggir titiran atap rumah ini.” Sekejap mata kemudian, sang suami menyuruh isterinya menengok keluar jendela. Dilihatnya ikan kecil sekelompok besar berkeliaran di pinggir rumah. Melihat itu isterinya turun dengan keranjang dan mengambil ikan itu. Tetapi ikan itu tidak habis-habisnya malah bertambah-tambah banyaknya. Karena tidak sanggup lagi menangkap ikan itu sang isteri berteriak-teriak kepada suaminya katanya, ”koemo, koemo.” artinya ”berhentilah, berhentilah saya sudah payah.”
Sang suami berkata, ’’Belum lagi kau percaya akan kesaktian yang kuperoleh ini?” Sambil mengulang kata-kata koemo, koemo, ”aku percaya padamu.” Sang suami mengatakan, ’’Kalau sudah percaya maka ikan itu saya simpan di pinggir-pinggir pelabuhan perahu kampung Baruta ini untuk anak cucu kita kemudian hari dan ikan ini aku sebutkan, ikan koekoe namanya.
Demikian riwayat Sangia i Wambulu yang berakhir dengan meninggalkan suatu kesan kepada cucu-cucunya.
Ikan koe-koe, tidak terdapat di lain-lain pantai seluruh wilayah laut dalam Daerah Tk. II Buton ataupun di daerah lain di Indonesia, tetapi hanya terdapat di pelabuhan Baruta pada tempat yang dangkal. Kampung Baruta terdapat pada selat yang sempit sekali antara pulau Muna dan pulau Boton.
Baca Juga:
No comments:
Post a Comment