CERITA RAKYAT DAERAH SULAWESI TENGGARA
Di Kota Kolaka.
Kura-kura dan Kera
(KOLOPUA RONGA O HADA)(Part 2)
Penghulu mereka berkata, ”Masa teman kita yang dimakan. Kura-kura berseru lagi, ”He . . kalian telah makan temanmu. ”Apa? Tidak saya berseru agar kalian cepat-cepat berjalan, nanti ditimpa hujan lebat. ”Seekor kera perempuan telah mendengar baik kata kura-kura itu. Ia menyampaikan kepada penghulunya bahwa apa yang telah dimakan itu adalah daging teman. Penghulu mereka berkata, ”He . . bagaimana jadi?” Kura-kura berseru lagi, ”Oo . . telinga kalian sama dengan telingannya temanmu. Telapak tangan kalian sama dengan temanmu. Telapak kaki kalian sama dengan telapak kaki temanmu yang kalian telah makan”. Kera betina berkata, "Muhammad, telinga telapak tangan kanan kita yang telah dimakan. Sudah jelas bahwa apa yang dimakan tadi adalah daging kawan kita. Mari kita kembali membinasakan dia.” Mereka kembali mencari kura-kura ia telah bersembunyi di bawah lesung yang telah terbalik. Mereka mencari di segala penjuru rumah tidak di dapati. Kera betina datang bertengger di atas lesung lalu berkata, ”Kita setengah mati mencari mungkin ada di bawah lesung ini. Ia merobahkan lesung itu. Tampaklah kura-kura itu.
Penghulu mereka memegang kura-kura itu dengan berkata, ”He . . aku akan bakar engkau. Kura-kura menjawab, ”Hei, bapakku telah membakar diriku sehingga badanku ini hitam, tidak mati juga”. Kera berkata lagi: Jadi bagaimana supaya engkau meninggal. ”Kalau saya potong. Kura-kura menjawab, ”Saya telah dipotong bapakku, tidak juga mati. ”Kera berkata lagi, ”Nanti saya buang engkau di kali. ”Kura-kura menjawab lagi: Aduh, ampun, kasihan, saya dipesan oleh nenek dan bapak, apabila saya dibuang di kali itulah yang akan membunuh saya. Kura-kura itu dibuang ke kali oleh kera. Sementara dibuang ia berteriak, ”Hehe . . satu keuntungan bagiku dibuang di kali, nenekmu tujuh lapis kalau kalian akan menemukan saya. Saya telah hidup karena tempatku di air. Kera betina berkata, "Muhammad, dia gembira katanya karena tidak dibunuh.
Sementara kera betina itu bertengger di atas pokok enau, tiba-tiba kedengaran olehnya bunyi ulat. Lalu ia berkata, ”Siapa di situ yang ribut? Ulat menjawab, ”He . . saya laki-laki berani, gerak gerikmu sama dengan gerak-gerik ayah bundamu. Mengapa engkau sedang bergerak-gerak? ”Kera yang lain berkata, ”Ia menghina dengan memaki orang tuamu. ”Kera betina itu segera menggali pokok enau itu mencari ulat yang menghina dia. Setelah didapatinya kera betina berkata. Nanti saya telan engkau.
Ulat menjawab, "Telanlah nanti saya muncul di pantatmu.” Lalu ditelannya. Setelah ditelannya benar muncul di lubang pantatnya. Diambilnya lagi lalu di letakkan di telapak tangannya dengan berkata,” Saya akan masukkan engkau di perutku melalui lubang hidungku.” Ulat menjawab, ”He . . saya dipesan ibu bahwa dengan jalan itu, itulah yang akan membunuh saya,” Kera berkata lagi, ”Kalau saya bakar engkau.” Ulat menjawab, ”Kepala ini hitam karena ibu habis membakar diriku, tetapi tidak mati juga”. Kera berkata lagi, ”Kalau saya potong-potong? Ulat menjawab lagi ”Ibu pernah memotong-motong sehingga badanku ini berkerut-kerut, tetapi tidak mati juga.” Kera memasukkan ulat dalam perutnya melalui hidung dengan jalan itulah kera betina itu mati: Ketika kera banyak itu sedang berduka, kera yang lain berkata, ”Kita mencari akal agar memberi upah kepada Namburilua supaya ia mengisapi air ini. ”
Mereka sepakat, lalu berjalan menuju hilir menemui Namburilua lalu Namburilua berkata, ”Gampang itu kalau hendak mencari si kura-kura. Pergilah ambilkan daun sebanyak mungkin untuk penyumbat lubang pantatku seluas tujuh gunung dan tujuh lembah tempat mereka memetik daun, lalu datang menyumbat lubang pantat Namburilua. Sesudah itu Namburilua mulai mengisap air. Sesudah air itu kering, semua kera itu turun mencari si kura-kura. Seluruh isi air diambil lalu dimakannya. Ketika kura-kura sedang menangis karena takut, datanglah seekor kepiting dengan berkata, ”Wahai kura-kura apa yang engkau susahkan? Kura-kura menjawab He . . mengapa bertanya, walaupun saya katakan, tidak juga akan menolong.” Kepiting menjawab, ”Walaupun saya tidak dapat menolong, tetapi baiklah diketahui. Kura-kura berkata lagi, ”Air ini sudah kering diisap Namburilua dan kita akan mati rupanya. Engkau tidak susah karena ada lubangmu. Kepiting menjawab, ”Ya, benar ada lubangku, tetapi coba lihat itu semua kera memasukkan tangannya dalam lubang-lubang untuk mencari engkau. Kalau setuju mari kita lari saja. Kura-kura berkata, "Terserahlah apa akalmu. ”Kepiting menjawab, "Engkaulah yang berpikir dan mencari akal karena di situ orang tua. ”Kura-kura berkata, ”Begini, kalau engkau berani membuang penyumbat lubang pantat Namburilua. "Kepiting berkata, ”Dapat, asalkan paman dapat mencarikan makanan dahulu agar saya kuat. Kura-kura berkata, ”Nanti saya ambilkan ubi hitam. Kemudian pergi mengambilkan sebiji, lalu dibakarnya dan diberikannya kepada kepiting dengan berkata, ”Silakan makan hingga kenyang, mulailah kepitung makan kemudian berkata, ”Wah saya sudah kenyang. "Kepiting merayap terus di tempat Namburilua. Sampai di tempat itu dengan bersem¬bunyi serta mengintip. Namburilua menjongkok dan mengisap air. Kepiting langsung menjemput daun penyumbat satu persatu, akhimya semua penyumbat terlepas dan air tiba-tiba banjir. Seluruh kera mati, dihanyutkan oleh air itu.
No comments:
Post a Comment