Cerita Rakyat Kolaka : Tenggelamnya 2 Orang Bersaudara Yang Kawin Sekandung

CERITA RAKYAT DAERAH SULAWESI TENGGARA 
Di Kota Kolaka.

Peristiwa Tenggelamnya 2 Orang Bersaudara Yang Kawin Sekandung
(MO LO WU)

Ada suatu negeri di Mekongga yang dinamakan Lalolae. Orang-orangnya rupawan, baik laki maupun perempuan. Ada seorang wanita yang bernama Imba. Tidak ada yang menandingi akan kecantikannya. Dialah yang paling cantik dengan warna kulitnya yang keputihan. Imba mempunyai seorang kakak yang belum kawin. Dia mau kawin kalau dia menemukan seorang perempuan semacam Imba cantiknya. Pekerjaan Imba sehari-hari adalah mengayam. Segala anyaman dia ketahui.

Sekali peristiwa dia kehabisan bahan untuk anyamannya. Dia pun bersama kakaknya yang masih bujang pergi menemaninya mengambil daun tio-tio (sejenis pandan) untuk dianyamnya. Sedang mereka mencabut tio-tio tiba-tiba kakaknya datang nafsu birahinya.

Pada saat itu juga dia tangkap adiknya, dan disetubuhinya. Tiada berapa lama mereka tinggal bersama Imba mengandung. Setelah nampak kandungannya, mereka pun pergi dan tinggal di hutan. Mereka membangun pondok kecil di atas bukit. Sesudah beberapa bulan mereka pergi, mereka tidak pernah memperlihatkan diri pada orang banyak, sebab mereka takut. Kandungannya pun sudah tua, tidak lama lagi Imba akan melahirkan.

Tiba-tiba perutnya sakit. Tujuh hari tujuh malam perutnya sakit, belum juga mau melahirkan. Kedelapan malam di waktu fajar akan menyingsing, darah pun keluar seperti air saja dari perian. Sedang darah keluar sekonyong-konyong keluarlah anak bayi. Bayi itu nampaknya tidak seperti orang. Nampaknya seperti buaya, dan warna kulitnya pun ke biru-biruan. Setelah bayi itu keluar dan sampai dilantai, nafas Imba juga habis, karena darah terus menerus keluar tidak berkeputusan. Imba meninggal. Tiba-tiba turunlah hujan lebat. Di bawah lantai rumah mereka keluarlah mata air, seperti dituang dari dalam guci. Darah Imba bertemu dengan air yang dari langit dan dari dalam tanah. Tenggelamlah rumahnya, dan Imba pun tenggelam juga. Anaknya berenang menjadi buaya kuning. Kakaknya 7 malam 7 hari terapung-apung kemudian lemas menjadi ikan gabus. Negeri Lalolae tenggelam seluruhnya, banyak yang meninggal, dan yang hidup lari naik ke gunung turun di Loea dan di Rate-Rate. Peristiwa yang besar itu, dinamakan ”Molowu”

Sesudah kejadian itu, maka orang-orang menjadi takut melakukan perkawinan antara bersaudara, Adat sudah melarang. Siapa-siapa yang kawin antara bersaudara, akan dia digenangi air. Lebih baik 2 orang mati dari pada orang banyak. Binatang-binatang dan tanaman mati tenggelam. Itulah sebabnya orang-orang di daerah Mekongga dilarang kawin bersaudara seibu-sebapak, karena ia takut mati tenggelam. Tujuh hari tujuh malam tenggelam negeri Lalolae. Kalau air kering, dukun bermimpi, Imba datang memberitahukan, bahwa sebab mereka tenggelam karena ia di bikin hamil kakaknya. Bekas perumahannya selalu keluar mata air, lalu menjadi rawa yang luas dan dalam, tidak dapat dijangkau. Disitulah tempat tinggal anaknya yang dinamakan buaya ”bokeo sorume” yang besarnya seperti kecapi.

Rawa yang luas itu diberi nama ”Koloimba”, artinya tempat persetubuhan wanita yang bernama Imba. Rawa itu airnya berwarna merah, karena diakibatkan darah nipas Imba. Sejumlah sungai yang besar bermuara di tempat itu antara lain kali Mowewe, kali Sabilambo dan beberapa kali kecil lainnya tetap berwarna merah. Kali yang airnya berwarna merah mengalir sepanjang jalanan melalui Sabilambo, bermuara ke laut lalu kali itu dinamakan kali Koloimba.

Pada jaman dahulu sebelum datangnya agama Islam, setiap tahun sesudah panen, datanglah orang-orang membawa berasnya, ayamnya dan bermalam untuk beberapa waktu lamanya untuk memberikan makan kepada ”Bokeo Sorume”. Disaat mereka hendak memberikan makan buaya itu lalu timbul terapung lagi.

Setelah pada malam harinya di dalam tidurnya ia bermimpi bahwa ada seorang dukun yang memberitahukan kepadanya tentang sesuatu. Peristiwa apa yang hendak terjadi di dalam negeri diberitahukan oleh dukun itu kepada mereka. Dan apa saja yang mereka mohonkan senantiasa terkabul adanya dengan baik. Itulah sebabnya mereka senantiasa memeliharanya setiap tahun. Pada jaman dahulu, setiap selesai panen, ramailah kalau Koloimba dikunjungi orang laksana ramainya pesta peralatan.

Demikianlah ceritera mengenai tenggelamnya dua orang bersaudara yang kawin sekandung.
Kali Koloimba
Kali Koloimba

No comments:

Post a Comment