Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara : TOLOHORU (Part 1)

CERITA RAKYAT DAERAH SULAWESI TENGGARA 
Di Kota Kendari

TOLOHORU 

(Kisah seorang laki-laki benama Tolohoru, penjaga kebun kelapa Raja Penguasa Seberang Laut). (Part 1)

Sekali peristiwa Raja Seberang laut tiba-tiba teringat akan kebun kelapanya di negeri kelelawar. Saat itu juga raja memanggil Torotambi dengan seluruh budak-budaknya. Berkatalah Torotambi, ’’Hamba akan bertanya apakah yang menjadi keperluan kami dan pekerjaan apakah yang kami akan laksanakan secepatnya saat ini.” Dengan diliputi ketakutan, para budak bertanya dalam hati, apakah gerangan yang akan menemui kita sekalian, dan hukuman apakah yang akan menimpa kita sehingga kita dipanggil, bertitah raja, ”Hai budak-budakku dengarkan baik-baik. Alangkah ruginya mempunyai kebun kelapa yang begitu luas, lalu tidak dinikmati hasilnya karena tidak ada yang menjaganya.”

Para budak hanya menundukkan kepala mengerlingkan mata sesama kawan dengan hati yang berdebar-debar, siapakah gerangan yang akan ditunjuk oleh raja. Setelah selesai raja bertitah, langsung melihat satu persatu untuk menunjuk yang akan bertugas menjaga kebun di negeri kelelawar. Raja bersabda, ’’Engkaulah Tolohoru, yang akan pergi dan ditugaskan untuk menjaga dan memelihara kebun kelapa saya di negeri kelelawar.” ”Apa yang ditugaskan oleh tuanku kepada hamba, saya akan laksanakan.”

Sesudah raja memerintahkan yang akan menjaga kebun kelapa di negeri kelelawar, raja memerintahkan pula budak-budak lainnya pergi mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing. Adapun Tolohoru masih duduk dengan bingungnya dan sangat susah hati, memikirkan keberangkatannya ke negeri kelelawar, suatu negeri yang sangat angker.
Raja bertitah, ”Hai Tolohoru, nanti subuh, pada waktu fajar sudah menyingsing di ufuk timur engkau harus berangkat ke negeri kelelawar.” Tolohoru menjawab, ’’Ampun hamba. Pagi-pagi besok, saya akan berangkat.”

Tiada berapa lama matahari di ufuk barat telah tenggelam. Dan setelah malam tiba, para budak sudah sibuk menyediakan bekal untuk persediaan makanan Tolohoru, sedang Tolohoru sendiri sudah menyiapkan dan langsung mengasah parang dan tombaknya. Ketika ia selesai mengasah parang dan tombaknya, ayam sudah berkokok tanda sudah akan siang. Tolohoru langsung mengambil tempat sirihnya, memegang parang dan tombaknya serta mengendong bakul makanannya, lalu ia menghadap pada raja. ’’Ampun hamba datang di hadapan tuanku, Hamba mohon diri serta minta penjelasan, tentang tugas dan pekerjaan apa yang saya harus kerjakan dan laksanakan selama saya di negeri kelelawar.” ’’Baiklah Tolohoru, dengarkan baik-baik. Di samping engkau harus menjaga keselamatan buah kelapa, engkau harus turun membersihkan sebersih-bersihnya, sehingga kelak akan diperoleh hanya yang melimpah ruah. Dan persediaan makananmu sudah ditentukan selama tiga bulan. Makanan itu harus engkau perhemat, sehingga bisa mencukupi. Bila waktu yang telah saya tetapkan telah tiba, saya akan ke sana untuk melihat hasilnya, dan bila ternyata pekerjaanmu tidak memuaskan maka akan saya jatuhi hukuman mati. Tolohoru menganggukkan kepala, seraya berkata, ”Baik tuanku.”

Setelah selesai menghadap raja dengan membungkukkan badan tanda penghormatan, Tolohoru meninggalkan tempat duduknya dan berangkatlah ia ke negeri kelelawar. Ketika Tolohoru berangkat para budak lainnya berkata, ’’Sesungguhnya Tolohoru telah mendapat hukuman besar dari rajanya. Kita dengarkan saja kabarnya kalau sudah ditelan ular di tempat tujuannya di negeri kelelawar sana.”
Pagi-pagi benar Tolohoru pergi, sesampainya di sebuah hutan pepohonan tua, sudah magrib dan seterusnya memasuki hutan rimba belantara. Sungguh susah hati Tolohoru ketika itu, karena terlalu gelap, tetapi perintah raja mesti dilaksanakan. Apa boleh buat, perintah harus saya terima,” kata Tolohoru.


Di dalam perjalanan Tolohoru menempuh rimba belantara mendaki gunung, menuruni lembah dan menyeberangi sungai. Pada waktu subuh ia mendengar kokok ayam bersahut-sahutan. Berkatalah Tolohoru dalam hatinya, bahwa negeri kelelawar sudah dekat. Sementara diperjalanan ia menjumpai gadis sedang menuai sendiri, seraya berkata, ”Hai perempuan muda; saya ingin bertanya. Padi apa gerangan itu yang sedang dituai?” Jawab gadis mengandung ejekan katanya, ’’Paebiu luku lumoku, pae tanggelari hiku mo’opi;” artinya mencela Tolohoru, karena kebetulan Tolohoru tubuhnya tinggi kurus dan betisnya kurus kering nampaknya. ”Oh ya betul sahut Tolohoru seraya membalas ucapan gadis tadi dengan kata-kata yang mengandung penghinaan, katanya, ”Une-unenggu bara paebiu luku mokidi, pae tanggelari mokato; metete nggolo mebatu; yang artinya memberi kiasan bahwa gadis tersebut adalah gadis yang gatal atau perempuan yang kurang susila. Kemudian daripada itu Tolohoru menanyakan pula jalanan menuju negeri kelelawar, tempat kebun kelapa raja seberang laut. Gadis tersebut menjawab lagi katanya, ’’Pergilah ke sana apabila terdengar ayam berkokok bersahut-sahutan dengan kotek ayam betina dan menemui tete me’ise-ise, mosa’a-sa’a nggori wula katoka mina’u.” yang artinya mengkiaskan bahwa jalanan yang dikiaskan itu adalah kemaluan Tolohoru. Sementara itu lalu pergilah Tolohoru dari tempat itu dengan kemalu-maluan atas petunjuk gadis tadi. Berkata Tolohoru dalam hatinya, ’’Sarnpai hati engkau berbuat padaku seperti itu, nanti pada suatu saat saya akan membalasmu.”

Kemudian Tolohoru berangkat mengikutkan petunjuk gadis tadi. Menjelang tengah hari ia menjumpai titian, sementara itu Tolohoru mendengar kokok ayam. Pada waktu asar sampailah Tolohoru pada kebun kelapa raja seberang laut. Tinggallah ia di sana, semalam, dua malam, hingga seminggu. Demikian Tolohoru tiba di kebun, langsung membuat pemondokan, kedua harinya barulah ia mulai memaras kebun kelapa. Dua minggu ia bekerja selesailah pekerjaannya.

Demikian selesai pekerjaannya bertepatan pula habis makanannya. Setelah makanannya habis susahlah hatinya. Tolohoru ingin pulang tetapi ia sangat takut terhadap rajanya, pasti akan dibunuhnya, jadi terpaksa ia tinggal saja. Ketiga hari Tolohoru kelaparan timbul ingatannya bahwa daripada lapar lebih baik makan kelapa muda. Pada saat itu tiba-tiba ia tidur siang. Semen¬tara dalam ketiduran ia mimpi dan mimpinya seperti benar-benar terjadi. Dia didatangi seorang perempuan tua guna menyampaikan amanah. Tetapi sebelumnya orang tua itu berkata: Tolohoru, saya melompatimu 7 kali dari samping dan 7 kali dari kaki ke kepala dan sebaliknya, sesudah itu saya akan menceritakan sesuatu kepadamu guna hidup dan penghidupanmu. Sebab kulihat engkau
sungguh sangat lapar.’’Tolohoru berkata, ”Apa guna engkau melompati aku, sedangkan raja akan berpikir, apalagi kau hanya seorang perempuan tua lagi koto, barangkali ingin dipuji.”
”Hai Tolohoru, saya ini berkata dengan sesungguhnya kalau engkau setuju dan ingin selamat dari hukuman raja seberang laut.” Tolohoru berkata, ’’Kalau begitu silakan, tetapi bila tidak benar, saya akan membunuhmu.” Perempuan tua menjawab, ’’Saya bersedia dibunuh jika tidak benar.”

Setelah itu Tolohoru terus meluruskan tubuhnya berbaring menengadah menatap langit dan bersedia dilompati oleh perem-puan tua tersebut. Sesudah perempuan tua melakukan tawarannya kepada Tolohoru (melompati) dari samping kiri ke kanan dan sebaliknya berturut-turut 7 kali, perempuan tua langsung berpaling menggeser dari tempat perjanjian tadi dan tertawa terkikik-kikik. ’’Selama ini sudah ada juga peristiwa yang akan kuceritakan kepada teman-teman sebayaku dan sehina ini, bahwa saya sudah menghina keluarga baginda raja dengan jalan melompatinya dari samping kiri ke kanan dan dari kaki ke kepala dan sebaliknya berulang 7 kali berturut-turut.”

Berkata Tolohoru, ”Coba-cobalah tidak memberitahukan apa yang kau janjikan kepadaku, kalau tidak saya penggal kepalamu.” Perempuan tua berkata pula, ’’Janganlah marah, nanti saya ajarkan. Sekarang dengarlah baik-baik saya bacakan doa yang dapat melekatkan, begini. Saguniata, saguniata Babuka Depe. Inilah doanya yang artinya memohon kepada Dewata semoga yang diinginkan terwujud yaitu segala sesuatu yang ia niatkan dapat melekat pada saat itu juga. Sedangkan doa yang membatalkan yang pertama tadi berbunyi: Saguniata, saguniata Rabuka Loga: yang artinya permohonan kepada Dewata kiranya segala sesuatu yang melekat akan segera terlepas kembali. Hai Tolohoru bangunlah dan pergilah mencari makanananmu.”

Cerita Rakyat TOLOHORU
Cerita Rakyat TOLOHORU


Baca Juga :

No comments:

Post a Comment