Cerita Rakyat Kolaka : Asai mula Padi dan Dewa Padi

CERITA RAKYAT DAERAH SULAWESI TENGGARA 
Di Kota Kolaka.

Asai mula Padi dan Dewa Padi
(SANGGOLEO MBAE)

Pada suatu tempat ada seorang bernama Langgaimoriana sedang tidur nyenyak dengan berselimut rapat-rapat. Ndina Iaro berkata: ”Wahai Langgaimoriana mengapa engkau terlalu pendiam tidur sepanjang hari. Tidak mengenal kesusahanmu.”

Langgaimoriana menjawab: ”Wahai Ndina Iaro walaupun saya bangun, apa yang akan dikerjakan, sedang parang pun tidak ada. Ndina Iaro berkata: ”He janganlah susahkan tidak adanya parang. di sana ada parangku.” Pergilah ia mengambil parang yang tidak berhulu itu lalu diberikannya dengan berkata: ”Ambillah parang ini kemudian berikan hulu.” Parang yang tidak berhulu itu diambilnya, kemudian pergi memotong sepenggal rotan lalu diikatnya, sesudah itu diasahnya. Sesudah tajam berkatalah ia: ”Wahai Ndina Iaro, di mana tempat saya membabat?” Ndina Iaro berkata: ”He .. engkau terlalu bodoh. Kenapa tidak tahu tempatmu membabat. Lihatlah luasnya tanah itu. Pergilah. "Pergilah, ia. Ia membuat semak-semak pohon sayur paku di dekat tangga rumahnya: ”Ia membabat sudah tujuh malam tujuh hari. Lalu ia naik di rumah dengan berkata: ”Wahai Ndina Iaro saya sudah selesai membabat”. Ndina Iaro berkata: ”Cukup luas yang engkau babat itu? ”ya, begitu luas yang dikerjakan selama 7 hari. Sesuai pekerjaan seorang yang tua lagi tidak sehat.” Ndina Iaro berkata lagi: "Usahakanlah agar cukup luas. ”Ia pergi membabat lagi agar lebih luas. Ia bekerja selama tujuh hari lagi. Sementara membabat ia berkata: ”Ambillah kapakmu dan tebang kayu-kayu besar itu.”

Kapak itu diambilnya lalu diasah sampai tajam sekali. Sesudah itu turun dari rumah langsung menebang sepohon kayu undolia (jenis kayu kelas tiga) sampai rebah. Setelah rebah kayu itu dahan dan ranting dipotong-potongnya sehingga rata semua di tanah. Sudah tujuh hari lamanya bekas babatannya itu berjemur. Berkatalah ia: ”Wahai Ndina Iaro aku sudah mau bakar babatanku ” Ndina Iaro berkata: ”Baiklah” Sesudah dibakarnya, ternyata semua dahan dan ranting serta kotoran yang lain angus, tinggal batang kayu yang bergelimpangan. Sesampai di rumah berkatalah ia: "sudah dibakar, bersih sekali, pergilah menanam Sayur mayur. ”Ndina laro mulai menanam sayur bayam, labu, mentimun dan jagung. Selama tujuh hari habis menanam sayur dan lain-lain berkatalah Ndina laro: ”Aku akan pergi menengok tanaman, barangkali sudah tumbuh.” Setelah sampai di kebunnya ternyata apa yang sudah ditanamnya sudah tumbuh. Ia kembali lagi di rumah. Sesudah empat hari ia pergi lagi. Sayur bayamnya sudah kelihatan lembaganya dan jagungnya sudah mulai mengeluarkan daun.

Sementara berada di rumah berkatalah Ndina laro: ”Wahai Langgaimoriana baiklah kita bersedia untuk menanam padi dengan jalan menugal. Langgaimoriana menjawab: "Terserahlah engkau” Mereka mulai menyiapkan segala sesuatu kebutuhan. Langgaimoriana pergi mengambil towoa (semacam daun kunyit), bambu, doule (semacam kayu bunga) dan sebiji telur, lalu dimanterai bibit padinya. Sesudah itu mereka mulai menanam padi. Langgaimoriana menugal dan Ndina laro memasukkan gabah ke dalam lubang. Mereka menanam padi sepanjang hari, namun baru dua pertiganya selesai. Mereka lanjutkan menanam, menyelesaikan pembatas antara padi biasa dengan padi ketan. Sesudah itu mereka menanam lagi padi ketan yang putih dan padi ketan yang hitam. Selesailah mereka menanami kebunnya itu dengan hati yang lega dan perasaan puas bahwa kebun mereka cukup luas. Setelah empat hari sesudah menanam padi, mereka pergi lagi menengoknya. Padi mereka mulai tumbuh seperti bulu hidung. Setiap hari mereka menengoknya. Sekali waktu Ndina laro berkata: ”Ya, wahai Langgaimoriana janganlah temani saya menengok padi kita, baiklah ambil kayu dan pagari.” Langgaimoriana menjawab: ”Baiklah”

Langgaimoriana bekerja keras menyiapkan kayu-kayu kecil untuk tonggaknya selama tujuh hari. Sesudah itu ia mengerjakan pagar dan selesai pula selama tujuh hari. Padi mereka mulai berdaun. Setiap hari Ndina laro menengoknya dan menyabit rumputnya.

Dengan tidak dirasa padi mereka mulai berdaun lebar. Sesudah itu batang-batang kayu sudah tidak kelihatan. Mulai tumbuh dengan subur silih berganti bentuk, akhirnya bunting. Tidak lama buah padi mulai keluar satu persatu akhirnya berisi. Setiap hari mereka pelihara membuang rumputnya. Mereka sangat gembira hasil ladangnya.

Ndina laro berkata: "Sandandounenapo (nama samaran Langgaimoriana) alangkah baiknya engkau pergi mengambil ramuan untuk membuat rumah padi.” Langgaimoriana berkata: ”Hai .. padi kita belum masak dan belum diketahui apakah ada hasilnya atau tidak, sudah mau membuat rumah padi.” berkata lagi Ndina laro: ”Jangan engkau ragu-ragu itu semua berkat dewi sri. "Sementara mereka berada dalam rumah, tiba-tiba datang seorang perempuan yang tua dan seorang laki-laki yang tua pula. Perempuan tua itu berpenyakit lepra dan laki-laki yang tua berpenyakit perambusia. Mereka berdiri didekat tangga. Ndina laro berkata: ”Wahai Langgaimoriana, coba lihat siapa orang yang sedang berada di dekat lesung itu?” Langgaimoriana menyambut: ”Ya, orang lepra dan orang perambusia. ”Ndina laro berkata lagi: ”Kasihan persilahkan naik di rumah.”

Langgaimoriana mempersilahkan mereka dengan berkata: "Wahai bibi, silahkan naik di rumah”. Perempuan tua itu berkata: "Hai .. anakku yang sayang bagaimana kami ini mau naik, bau kami terlalu busuk Lihatlah badanku ini seluruhnya bengkak dan bernanah.” Langgaimoriana menjawab: ”Oh.. hal itu tante tidak akan menggosokkan di badan saya atau memberikan makan. Disana akan saya buatkan tempat Rumah ini luas, mereka itu naik di rumah. Dalam rumah berbau penyakit itu. Pada waktu itu Ndina laro dan Langgaimoriana sudah tidak mempunyai makanan, hampir-hampir mati kelaparan. Tiba-tiba perempuan tua itu berkata,” Wahai Ndina laro, janganlah kamu berdua terlalu pendiam di tempatmu itu. Marilah disini aku beri tahu apa yang engkau susahkan. "Ndina laro datang dan berkata: Kasihan kami ini bersusah hati karena tidak ada makanan. Mau pergi minta kepada orang lain tidak ada tempat meminta. Kesemuanya sama-sama sedang kelaparan. Orang tua wanita berkata: Oh kalau tidak keberatan. "Kalau memang baik, silahkan beritahukan: Orang tua wanita berkata: ”Baiklah carikan obat agar saya berobat supaya penyakitku sembuh. Obat yang saya perlukan ialah ceku.”

Dengan sepontan Ndina laro berkata: ”Wah ceku yang engkau perlukan ada ini sebakul.” Kalau begitu bawalah kemari agar saya berobat. Ceku itu diberikannya lalu ditumbuk dan berobat; sesudah ia berkata, ”Baiklah engkau pergi memasak. Ambillah beras ini. Ndina laro menyuruh Langgaimoriana mengambil kayu, karena kayu tidak ada untuk memasak.” Langgaimoriana berkata. "Apa yang akan dimasak, beras tidak ada.” Ndina laro menjawab. ”Itu beras sudah ada diberikan orang tua perempuan.”

Langgaimoriana pergi mengambil kayu bakar, air lalu datang menghidupkan api dan memasang periuk sedang pada tungkuan. Orang tua perempuan berkata, ”Kalau hanya engkau berdua yang akan makan, pasanglah periuk kecil.” Tetapi kalau ada temanmu baiklah pasang periuk besar.
Ndina Iaro mari ambil beras, karena periukmu sudah mendidih airnya. Ndina Iaro datang menerima beras itu, dengan keheranan karena hanya sebiji. Ia hendak buang, kurang baik karena pemberian orang. Terpaksa sebiji beras itu dimasukkan dalam periuk, lalu ia pergi berbaring tanpa berkata-kata. Orang tua wanita berkata: ”Hai Ndina Iaro mengapa engkau diam-diam saja, masakanmu sudah kering airnya nanti hangus.” Ndina Iaro bangkit langsung menengoknya aduh periuknya sudah penuh. Alangkah senang hatinya. Dalam hatinya berkata: "Kemudian orang tua itu adalah dewi sri.” Sesudah masak nasi Ndina Iaro datang menemui orang tua perempuan itu dengan berkata: ”Wahai orang tua nasi sudah masak mari kita makan.” Ia menjawab: ”Hai.. kami tidak makan nasi. Makanan kami hanya ceku”. Ndina Iaro berkata lagi: "Sisanya simpan untuk lain kali.” Ketika mereka hendak memasak lagi perempuan tua itu berkata: ”Karena sebiji tak dapat engkau berdua habiskan, baiklah masak sepotong saja.”
Asai mula Padi dan Dewa Padi
Asai mula Padi dan Dewa Padi

Read More:

No comments:

Post a Comment